cerita ini adalah sambungan dari kisah Episode dua bagian dua dimana kupersembahkan kepada kawan-kawan ku sejagad dimana pun mereka berkiprah semoga mereka bisa terhibur dan selalu merasakan aura-aurah perjuangan, bagi kawan ku yang belum sempat menyaksikan serial Episode dua bagian pertama silahkan kunjungi.
sumur merah episode dua bagian pertama cerita perhelengan
“Ia nih siapa
yang punya nomornya taming ato genta? Kita harus kesana secepatnya mengapa
mereka lama skali?” tutur mely sambil berdiri karena kelamaan menunggu taming dan genta
“Taming itu dan genta gg ada nomor hpnya”, jawab ical yang lagi duduk-duduk santai. Tiba-tiba
mimma melihat dari arah utara terlihat motor yang dikendarainya si taming
terlihat dengan kecepatan penuh. “Itu mereka sudah sampai” Motor yang melaju
cepat itu langsung berenti dihadapan mereka,
“Astaga kenapa dengan pakaian kalian”,jawab mimma
“Issstttt… jangan bertanya dulu ya nanti dirumah sakit
akan saya jelaskan semuanya, bagaimana dengan kalian apakah kau sudah siap
semua/ kalau kalian sudah siap ayo kita berangkat”.
Semua rombongan menuju kerumah sakit dengan
menggunakan kendaraan roda dua,taming dan genta yang sudah berlumurkan air
Karena insiden jatuh tadi tentu tidak mengurungkan sedikit pun niatnya untuk
menunda keberangkatannya kerumah sakit, meskipun panasnya mentari hari itu
terasa membakar
Dalam perjalanan tersebut terlihat taming yang berada
jauh ketinggalan dari belakang dengan kawan-kawan, semakin lama melaju
kendaraan semakin jauh ketinggalan dari kawan-kawan
“Ming ayo kejar kawan-kawan, kita semakin ketinggalan” tutur genta untuk mengharapkan agar mereka masih bisa
mengejar ketertinggalan mereka
“Ia ni, tarikan gas ku ini sudah full sdah tak bisa
lagi”,
Tiba-tiba motor yang tadinya ngebut dengan kecepatan
penuh, bukan malah motor inie melaju semakin kencang tapi justru menurun dan
tiba-tiba mesin Honda tersebut berhenti dan kecepatan kendaraan pun semakin menurun
hingga mencapai pada titik nol,
“Ada apa ming? Kenapa bisa demikian kita ini baru di
rea timur, jangan-jangan motornya mogok ming, atau kehabisan bensin” jawab
genta yang dilanda kegalauan
Kemungkinan motor ini mogok ?? solnya tangki bensin
masih ada bensin didalam” tutur taming yang sedang memeriksa bensin.
“”Jadi kita harus bagaimana ming kita ini kan bukan
montir, atau mekanik yang bisa memperbaiki motor seperti itu”.
Tiba-tiba genta melihat dari
arah depan bengkel motor yang sekitar 100 meter dari mereka, sebuah rumah kecil
yang terbuat dari papan yang dibentuk seperti sebuah ruko yang didepan ruko
tersebut ada ban yang yang di cet berwarna putih tertuliskan serpise motor
“Ming bukankah itu bengkel
ming? Tanya genta kepada taming” sambil menunjuk kearah depan
“Ia betul ayo kita
kesana,alhamdulillah kita akhirnya dapat solusi hahaha”
Mereka sangat kelihatan
senang sembari mendorong motornya menuju kearah bengkel tersebut yang tidak
jauh dari tempat mereka. Pas disamping bengkel tersetbut tiba-tiba taming
berhenti sejenak dan berkata kepada genta
“Genta aku tak membawa uang
hari ini? Apakah kau membawa uang?” Tanya taming kepada genta
“Sory ming aku juga tak bawa
uang hari ini”. Jawab genta dengan nada murung
“Genta bukan kah kau punya
tas ajaibmu bukan kah tas ajaib mu selalu membantumu dalam menjawab semua
kebutuhan-kebutuhan kamu? Tutur taming sambil memperjelas kembali”
“Ia kalau soal makanan tas ini
selalu dapat membantu saya tapi kalau soal uang itu tak bisa membantu kita”,
tutur genta
“Waaaa duhh gawat ini jadi
kita harus bagaimana masa kita harus kembali pulang ke kampung kita, tidak
genta kita tak bisa pulang kampung sebelum kita berhasil menemui kawan kita di
RSU dara manding”.
“Ia ming kita tak bisa
pulang sebelum kita menang, itukan prinsip kita ming”.
Kedua sejoli ini termenung
di bawah pohon ketapang yang dihiasi dengan mobil lalu lalang menyemprotkan polusinya
disertai dengan panasnya matahari menambah suasana kedua insan ini semakin
campur aduk, para penduduk yang lewat mondar mandir tak menjadi perhatian kedua
laki-laki ini.
Tiba tiba si taming berucap
“Genta bukankah didaerah
sini ada kantor polisi mengapa kita tidak kesana untuk mengadu bukan kah polisi
itu adalah pelayan bagi masyarakat, usul taming kepada genta”
Dan genta pun meng iyakan
usulan tersebut dan merela langsung berangkat kesana dengan penuh semangat yang
jarak dari tempat bengkel dan polisi itu sekita 200 meter sesampainya disana
genta dan taming menjelaskan tentang masalah yang dihadapi dan maksud mereka
kepolewali semua telah dijelskan dengan
sangat panjang dan sejelas-jelasnya.
“Maaf de saya tidak bisa
membantu dek saya banyak kerjaan saya tidak bisa membantu kalia”. Jawab polisi
tersebut dengan menggunakan pakaian seragam berkumis tebal
“Tolong lah pak saya sangat
membutuhkan bantuan bapak”
Setelah melalui percakapan
yang panjang dan betele-tele proses mediasi pun tak berhasil dilakukan
Tiba-tiba si genta melakukan
ulah, dengan mengambil tas ajaibnya dan kemudian membukanya dan mengambil 3
buah mangga kemudian diletakkan diatas meja.
“Pak ini kami punya rezeki mudah-mudahan dapat mengisi perut bapak yang
lagi kosong”, jawab genta sembari
memberi mangga madu tersebut, apa lg bagi kalau istri bapak lagi hamil sangat
cocok untuk diberikan kepada istri bapak”
“Kamu mau menyogok kami ya?
Itu tak bisa dek menyogok kami itu pelanggaran undang-undang, tanya polisi
tersebut yang lagi duduk dimeja”,
“Jangan salah paham pak tujuan
kami ini adalah hanya memberi bukan kah negara dan agama juga menganjurkan kita
untuk saling memberi, lagian kami juga tak melakukan kesalahan apa-apa jadi gg
ada unsur kesalahan kami sehingga kami mau menyogok jawab taming yang lagi
meluruskan persoalan”
“Mhmh baiklah kalau bagitu”
kata polisi tersebut, sambil menerima 3 buah mangga tersebut.
Polisi yang berjumlah 3
tersebut masing-masing mendapatkan satu dan berkata baiklah kalian aku bantu
untuk sampai ke RSUD tapi saya tak bisa membantu atas rusaknya motor kalian
“Makasih pak”
Terlihat satu polisi
tersebut masuk kedalam jalan raya pas digaris putih dan memintah mobil yang
menuju ke RSUD agar menolong untuk diantarkan anak tersetbut, setelah sampai 2
menit salah satu mobil tangki pengangkut BBM itu berhenti dan nampak polisi
lagi berdialog dengan sopir tersebut dan memanggil kedua lelaki itu untuk
segera naik.
Setelah mereka didalam mobil
mereka menyaksikan disamping kiri dasn kanan ada rentetan rumah yang beraneka
ragam ada yang rumahnya hampir rubuh ada juga sekolah yang tak terawat, ruko
yang tutup terdapat juga sebuah tanah yang masih kosong hanya ditanami pohon
pisang, coklat yang kelihatanya tak produktif, ketika mobil pengangkut BBM ini
masuk kota polewali terlihat berbagai keindahan kota sekolah yang terawat rumah
yang bertingkat, ada pusat perbelanjaan berjejeran di jalan raya
Tiba-tiba saja ada nenek
yang sedang menggendong anak menyeberang, melihat hal tersebutsopir sopir ini
menghindari nenek tersebut dan menginjak pedal rem sehingga mobil tersebut tidak sempat menabrak nenek tersebut tapi
berkat ulah tersebut ban kiri mobil tersebut jatuh keselokan,
“Astaga naga untung nenek
tersebut selamat”, kata sopir tersebut yang masih shoq dengan peristiwa
tersebut, akhirnya kami bertiga langsung turun dari mobil dan pergi menemui
nenek tersebut, nampak dari nenek tersebut tak kelihatan rasa bersalah sedikit
pun nenek tersebut sangat santai melangkah seperti dengan biasa seakan-akan
tidak ada masalah.
“Permisi nek, apa anda
baik-baik saja”. kata taming sembari mendekati nenek tersebut.
“Nek seharusnya kalau nenek
ingin menyeberang jalan seharusnya nenek melihat dari dua jalur karena disini
nek banyak sekali kendaraan lalu lalanga, apa lagi anda mebawa seorang balita”
ucap genta kepada nenek tersebut
“genta., mungkinkah nenek
ini buta” kata taming kepada genta
“nek apakah nenek bisa
melihat ?”
nenek tak bicara hanya
menggeleng-gelengkan kepala
“nenek ini sudah gila ya
kamu tau tidak berkat ulah mu menyeberang sembarangan membuat mobil saya masuk
keselokan” tutur sopir tersebut melihat adegan yang dipertontonkan nenek
tersebut sangat cuek
tak lama kemudian nenek ini
bicara yang membuat kedua orang ini heran dan melotot keheranan tak ada yang
menyangka kalau apa yang diucapkan nenek ini terlintas dalam benak ketiga orang
tersebut
“bunuhma ayah takkala
hancurma, saya tidak dapat lagi hidup seperti ini, saya tak mampu lagi hidup
seperti ini, anak dan suami saya tidak mau lagi meneriman saya sebagai orang
tuanya, bunuh ma, takkala hancurma”, tutur nenek itu dengan mengeluarkan air
mata tersebut.
“Astaga jangan berkata
seperti nek itu adalah bagian dari pada bentuk keputus asaan itu, emangnya
mengapa kamu tak diterima di keluarga kamu dan ini bayi yang kau gendong siapa
bayi ini?” Tanya taming yang dilanda rasa tanya yang bertubi-tubi
“Aku diusir oleh keluarga ku
karena aku selingkuh dengan pacar pertama ku aku ketahuan kalau aku selingkuh
oleh anak dan suamiku sehingga suamiku membunuh selingkuhan ku tersebut dan
anak ini adalah hasil hubunganku dengan selingkuhanku, nak bunuh ma takkala
hancur ma, gg ada lagi tempatku semua telah tiada”. Tutur nenek itu sambil
menghapus air matanya.
Mendengar kisah romantis
yang menerikan tersebut sopir ini berkata,
“nek mending kau ikut saya
aku punya teman dekat yang menjadi pengurus di panti asuhan, disana kau bisa
memulai hidup baru”,
mendengar ajakan sang sopir
tersebut nenek ini diantarlah nenek tersebut ke panti asuhan dan taming dan
genta terpaksa harus melanjutkan perjalananya menuju rumah sakit, sesampai
dimanding pas lampu merah mereka membuka dialog kembali
“ming ini kan sudah manding
pasti tapi mengapa tak kita temukan juga RSUD, apa kau tau tempatnya dimana,
karna ini pertama kalinya aku kemanding” tanya genta dengan penuh penasaran
“kayaknya disebelah sana coy
lihat disana banyak sekali orang disana mungkin itu yang disebut dengan RSUD,
karena ini juga pertama kalinya aku kemanding”
kedua sejoli ini menuju
kearah yang telah diperkirakan oleh taming, sesampai disana mereka masuk
kedalam daerah dan kemudian bertanya kepada tukang becak
“pak jalan masuk kesitu
sambil menunjuk sebuah bangunan yang sangat besar yang dianggap sebagai RSUD
tersebut
“oh lewat disana dek”, tutur
tukang becak itu menunjukkan jalan masuk ke tempat tersebut.
Akhirnya kedua pria paru
baya ini masuklah kedaerah tersebut tapi tak melihat satu pun orang sakit
disana dia hanya melihat penjual pakaian dan berbagai assesoris,
“Genta kayaknya ini bukan
rumah sakit”, tanya taming dengan harap-harap cemas
“Ming ini lah yang disebut
rumah sakit umum, semua orang bisa disini bisa menjual baju, jam tangan dll
namanya juga umum jadi semua bisa dilakukan” tutur genta yang sotta (sok tau)
itu
“Ohh bgitu ya?” Jawab taming
yg menerima penjelasan genta
Setelah keliling melewati
tempat itu sekitar 30 menit akhirnya taming bertanya keseseorang yang lewat
disitu dan berkat
“Permisi bu? Boleh saya
bertanya kamar orang sakit dimana ya bu, dsini?”
“Kamar orang sakit, maf ya’ saya juga orang pendatang dsini jadi saya juga
gg tau”. Maaf ya, jawab ibu tersebut sambil pergi.
“Hahaha... kampungan sekali
ibu tersebut masa gg tau kamar orang sakit”, tutur genta yang menetawai ibu
tersebut
“Maaf noon bisa bertanya?
Dirumah sakit umum ini dimana yang lorongnya orang sakit”, Tanya genta kepada
orang yg ada disampingnya
“Hahahah3x Ehhh disini itu namanya
pasar sentral disini bukan rumah sakit, cakep-capek pebini kampungan uuuhhhhhhh”,
jawab nona tersebut sambil menetawai kedua pria tersebut sambil pergi.
Kedua sejoli ini mendengar
perkataan nona tersebut keduanya cepat-cepat keluar dari pintu pasar tesebut
Tiba-tiba taming melihat
resky, mely, ical, mimma dll lagi juga keluar dari pintu yang sama,
“Kalian lagi apa dsini”
taming mencoba menyapa teman-temanya
“Aduuh dari mana saja
kalian, dari tadi ditungguin ?kalian tau tidak gara-gara kalian ini kami nyasar
disini? Kami kira ini adalah rumah sakit umum”. Eh ternyata pasar sentral, ucap
ical menjelaskan kepada taming dan genta
“Hahahahah” taming dan genta
tertawa,
“Aku juga sama aku juga
fikir ini rumah sakit umum”, ternyata kita semua sama
Kampungan
“Hahaha 3x” semua tertawa
Setelah mereka betemu mereka
betanya kembali kepada orang yang disana untuk menunjukkan jalan menuju RSUD
dengan berbagai usaha yang mereka lakukan akhirnya mereka sampai juga di Rumah
sakit yang ditemuinya. Dan setelah sampai disana mereka langsung masuk ke ruang
lapor disana mereka bertanya tentang
daftar nama-nama yang baru masuk dalam rumah sakit tersebut dan akhirnya mereka
menemukan, maka segeralah mereka diantar keruangan disana.sebelum mengetuk pintu
tiba-tiba
Didalam ruangan tersebut
nampak suara tangis yang memecah keheningan, semua pada takut
Kenapa semua orang menangis
janang-jangan jabbar meninggal seperti wandi?
tanya mimma dan resky kepada teman2 nya
tanya mimma dan resky kepada teman2 nya
Taming langsung mengetuk
pintu dan terlihat hanya beberapa orang disana ada keluaga dari jabbar dan
orang tuanya dan bundung sudah ada duluan di lokasi, apa sebenarnya yang
terjadi semua bertanya-tanya didalam hati mereka mengapa tak kita temukan mayat
jabbar kalau mereka memang tidak ada dan mengapa mereka menangis. Karena
penasaran tersebutlah akhirnya taming melangkah dengan sangat berlahan-lahan
menuju ke aan
“Apa sebenarnya yang terjadi
? dimana Jabbar sekarang?” Tanya taming bersama dengan kawan2 nya yg lain.
“Jabbar menghilang dari rumah
sakit kita tidak tau dia kemana apakah dia diculik atau bagaimana?” Jawab aan
“Memangnya jabbar sakit apa,
dan kenapa ada yang menangis dsini?” tanya kembali taming
“Jabbar tidak sakit dia
hanya pergi kerumah sakit untuk menjenguk keluarganya yang lagi sakit dan
rencananya dia akan bermalam disini, trus kenapa ada orang yang menangis karena
di sini disamping kamar keluarga jabbar ada yang baru saja meninggal dan itu
adalah keluarga jabbar itu sendiri”.
“Jadi jabbar tak apa-apa?
Syukurlah kalau seperti itu” Tanya rezky kepada aan
“Ia jabbar gg apa-apa
mungkin dia pergi kehalaman depan mencari tempat untuk makan, karena katanya
dia dari tadi gg makan”
Mendengar peristiwa tersebut
mereka akhirnya pulang dengan rasa syukur gg ada keluhan didalamny taming dan genta
yang menemui berbgai masalah dijalan tak nampak rasa kesalnya mereka sangat
prihatin kepada sekawanya ketika dilanda cobaan.
*
Rezky duduk-duduk bersama
dengan mely di teras milik rezky mereka menyaksikan aktifitas kehidupan
kampungnya para masyarakat kelihatan sangat sibuk dengan profesi masing-masing
para petani sibuk mengurus kebunnya para pegawai sibut urus soal kantor dan
para guru sibuk mengurusi persoalan sekolahnya semuanya nampak dengan jelas
terlihat, suasana siang itu sekitar jam 02:30 tak ada tanda-tanda akan
datangnya hujan sudah 5 bulan desa yang dikenal sebagai desa buah-buahan yang
sangat kental ilmu religiusnya dan masyarakatnya ramah tamah tak juga dikarunia
hujan, sawah menjadi kering bahkan tanahnya terbelah disebabkan karena tak kunjung
juga datang, masyarakat sudah maulai panik mereka sudah hampir kehabisa beras
dan uang simpanan juga sudah mulai berkurang dipakai untuk belanja sehari-hari.
“Resky apa kau sudah siap
berangkat mencuci ke sumur merah aku sudah siap ini”. Tutur mely yang sudah
tidak sabaran ingin bertemu sumur yang penuh dengan berbagai peristiwa
tersebut.
“Kalau lah demikian mari
kita berangkat”, mereka bedua berangkat jalan kaki menuju sumur penanian dengan
membawa pakaian yang mau dibersihkan.
Mereka pun berjalan mengarungi
deretan berbagai rumah lorong-lorong yang dipenuhi dengan deretan rumah yang
berjejer rapi, dipagari dengan berbagai macam benda dari pagar dari besi
setinggi 5 meter sampai dengan pagar yang terbuat dari bambu yang telah dicet
dengan warna kesukaan mereka, terpangpang dibelakang rumah tumbuh tanaman dari
pohon angrek mawar dan semua jenis bungan menjadi nuansa tersendiri dari setiap
rumah-rumah kendaraan sekali dua sampai tiga kali roda dua lalu lalang tentu
membawa jalan yang menuju sumur tersebut tak merasakan sepi, kedua gadis mungil
imut dan revolusioner ini setelah berjalan sekitar 300 meter mereka masuk
dibelantara sawah terlhat dengan sangat padat.
disebelah kananya dan disebelah kiri tampak sawah dan kebun yang yg
telah ditanami berbagai macam tanaman mulai dari kakao, kelapa rambutan bambu,
jati semua tertanam secara acak, kaki pun semakin melangkah semakin melangkah
jauh terlihat disebelah kiri mereka nampak sebuah tumpukan sampah yang sangat
dasyat dan mengeluarkan bauh yang tak enak di cium, setiap generasi yang
melewati wilayah tersebut mencium aroma yang sama dan itu sudah berjalan
beberapa tahun tapi tak ada yang mampu memberikan solusi terhadap sampah
tersebut.
BERSAMBUNG
Untuk dapat melihat sambungan cerita ini sumur merah bagian tiga silahkan klik dibawah ini
0 komentar:
Posting Komentar