Amarah. baksos Pamutu |
Oleh
Achi
Proletar
Goresan ini hanya
lah untuk meluapkan ide-ide kotor dan bodohku dalam memandang dan melihat apa
yang terjadi di sebuah wilayah yang masih dalam skala Desa ku yaitu Desa
Batetangnga, meskipun dia adalah desa ku tulisan ini tidak dalam konteks
pembelaan terhadap Desa ku, karena saya
hanya menulis sebagai manusia yang melihat sesuai dengan ide-ide kotor ku,
bukan atas dasar Kepentingan kampungku.
Pamutu memang
mempunyai kekayaan alam yang tidak hanya enak dinikmati karena dia berada
disebuah rentetan gunung tapi dia juga akan sangat kaya dengan budaya-budaya
yang masih dibawa oleh leluhur mereka sehingga kekayaan budaya diDaerah
tersebut sangat lah kental. Belum lagi
dengan keramahan dan sifat menghargai menjadi budaya nomor wahid yang selalu
mereka pertahankan.
Lantas mengapa
Judul tulisan ku ini justru mengatakan ada masalah yang serius ??. Baiklah waktu
aku menemani organisasi Kesiswaan di Polewali Mandar Bernama FKSP yang waktu
itu sekitar 2 tahun lalu saya perjalan menelusuri hutan dengan menggunakan roda
2 dengan begitu banyak rintangan yang kuhabiskan waktu sejam dalam perjalanan
tersebut. Yang terlihat ketika diriku sampai disana saya merasa keindahan dan
pesona alam ini belum pernah kurasakan sebelumnya, Kabut menyelimuti ku kala
sore tiba sehingga aku hanya bisa melihat jarak pandang sekita 100 m kala itu
mirip dengan film 5 cm. Dan kala malam tiba dingin menyelimuti tubuhku dengan
dibarengi dengan kicauan-kicauan burung merdu menambah nikmatnya malam itu,
dikala saya sedang asyik bercerita tentang Pamu’tu bersama dengan masyrakat
disana dengan sembari kopi hangat siap untuk dieksekusi kedalam perut. Kala itu
di tengah-tengah cerita yang selalunya dibarengi spasi tawa terpampang diwajah
mereka bahwa mereka punya masalah besar tapi karena hubungan emosional kami
belum terlalu dekat sehingga mereka Enggan untuk menceritakan masalah yang
mereka hadapi, mungkin mereka lebih senang memendam perasaan yang pahit itu
dari pada mereka harus menceritakan masalah yang mereka hadapi. Selama 3 hari
kami disana untuk dekat dengan mereka tapi mereka tak mau menumpahkan beban
mereka terhadap kami. Sampai akhirnya kami pulang dan permisi pun jawaban itu
tak kami temukan masalah tersebut.
Setelah 2 tahun
berlalu muncullah kabar bahwa Ada sekolompok manusia dipamu’tu yang sudah di
islamkan (muallaf) tapi masih kewalahan dalam hal proses ibadah dan warga pamu’tu
pun menginginkan agar dibuatkannya sebuah tempat untuk bisa mereka belajar ilmu
agama, dan bukan hanya muallaf yang akan memamfaatkan tempat itu tapi semua
masyrakat pamu’tu juga akan memperdalam ilmu agama di pamu’tu. Dengan kabar tersebut
serentak lah pemuda mahasiswa dan para siswa menyatu dalam sebuah kelompok yang
disebut tim peduli muallaf untuk bisa membantu dibuatkanya Tempat tersebut,
dalam selang beberapa hari akhirnya tim peduli muallaf akhirnya berhasil naik
ke atas setelah berhasil mengumbulkan berbagai sumbangan2 kecil-kecilan untuk
bisa membantu masyrakat pamu’tu yang sangat membutuhkan tempat tersebut.
Setelah sampai
diatas terlihat kegembiraan senyum dan haru terpampang diwajah masyarakat
disana dengan sambutan yang meriah dan ucapan kegembiraan membawa suasana
menjadi semakin akrab. Malam telah tiba dunia pun semakin memperlihatkan
kegelapan membawa suasana haru dan mengasikkan karena masyarakat datang
mengkerumuni kami laksana gula dengan semut. disela cerita yang selalu berakar
yang selalu dibarengi dengan canda tawa dengan ngobrolan santai membawa suasana
malam semakin larut tapi cerita santai ini malah semakin mengasikkan dan
ternyata sebagian dikampung terbut diprbatasan dengan kampung batetangnga
dengan kaleok terjadi persoalan yang menurutku urjen karena menurut cerita
masyarakat tak mau masuh diwilayah batetangnga dia mau masuk dalam wilayah
kaleok padahal mereka berada dalam wilayah batetangnga. Hal inilah yang menjadi
masalah besar yang seharusnya menjadi perhatian kita karena ternyata perbatasan
batetangnga dengan kaleok ada masalah yakni masyarakat tidak menghendaki diatas
pemerintahan desa batetangnga tapi pengenya dia ada di kaleok.
Apakah yang menyebabkan hal itu terjadi ? mengapa tidak mau bergabung dengan batetangnga ?? dalam hati kecil kita pasti berkata ada yang tidak beres dibatetangnga ! ataukah ini ada kaitanya dengan Agama yang merasa orang non muslim tidak diperhatikan oleh pemeritah batetangnga ?. hal ini menjadi pelajaran dan menjadi perhatian kita semua.
BERSAMBUNG...
0 komentar:
Posting Komentar