Karangan Tak Berjudul

Browse » Home » » Karangan Tak Berjudul

Karangan Tak Berjudul



Karangan Tak Berjudul
Amarah latihan Teater
karangan tak berjudul
Cerita ini diperankan oleh Anggota Baru Forum Komunikasi Siswa Progresif (FKSP) dalam pentas sejuta aksi pendidikan Kader ke VII di Tirondo Kampung Baru Kelurahan Saluwatang kab. Polman.

 Cerita ini mengisahkan tentang cerita Anak Kampung yang punya nyali untuk mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Tapi nyali itu seakan-akan tidak akan mampu mereka
gapai berhubung kondisi ekonomi tak terjangkau untuk menggapai cita-cita tersebut, keputus-asa an selalu menghantui dalam setiap langka mereka apa lagi dengan kondisi lingkungan yang tidak bersahabat untuk mengenyam pendidikan karena rata-rata kampung tersebut hanya sampai Sekolah dasar saja, dengan lingkungan seperti inilah membuat ketiga anak lelaki ini tak menentu. Ditambah lagi dengan pekerjaan yang menumpuk dirumah untuk membantu ayah dan ibunya yang wajib mereka juga laksanakan dalam setiap harinya. Beban moril yang bertumpuk seperti inilah terbawa menjadi karakter ketiga anak ini sampai kesekolah dimana mereka menjadi Nakal, Brutal dan bodoh bahkan sering melakukan adegan-adegan yang membuat satu sekolah menjadi gempar, sehingga tak heran jika mereka selalu mendapatkan Hukuman.

Berbeda dengan pemain ke dua yang dimana mereka dari kelas yang berpunya yang cantik, manis dan cerdas, dan selalu berpakaian rapi sehingga tidak mengherankan jika sang guru selalu memuja mujanya. 

Dari wong Cilik (kaum tak berpunya) ini tentu sangat tidak senang dengan perlakuan sang guru yang lebih memperhatikan murid dari kota dari pada mereka yang dari desa.  Dengan berbekal kenakalan dan kekuatan yang dimiliki karena mereka berasal dari desa maka mereka selalu mengganggu kedua murid itu agar mereka juga tidak punya waktu untuk belajar, karena waktu yang dihabiskan disekolah adalah mengganggu maka pelajaran pun terlupan. Sehingga persaingan sehat untuk saling mengejar pelajaran tidak diciptakan karena mereka 
menghabiskan akal untuk mengganggu si cilik dari kota tersebut.

Dengan kerja keras yang dilakukan dan semangat yang menggebu-gebu untuk menghalang-halangi anak dari kota tersebut, maka anak dari kota tersebut tentu melaporkan kepada guru karena mereka tidak akan mampu melawan secara fisik maka mereka harus melawan dengan jalur lain sehingga hukuman dari sang guru menjadi pekerjaan yang mesti dipikulnya. Karena keseringan mendapatkan hukuman yang berat maka secara berlahan kesadaran mulai muncul tentang kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama ini karena mereka merasa bahwa dirinya bukan bertambah menjadi manusia yang dapat meraih cita-citanya tapi justru malah menjadi manusia yang dapat merusak masa depanya.

Dengan lahirnya kesadaran tersebut maka berubahlah perkembangan pemikiran ank ini. Pengalaman hidup disekolah menjadi semakin bertambah maka mereka merubah strtegi mereka untuk bisa menjadi pemenang dengan. Dengan jalan belajar sehingga mampu bisa bersaing secara sehat dengan mereka, tp krn buku dan peralatan yang tidak mendukung mk menjadi sangat sulit mereka bisa bersaing. Tapi dengan usaha mereka 2 hatun peristiwa itu berubah mereka mambpu bersaing dengan para ank2 yang lain.

0 komentar:

Posting Komentar

 
(c) Copyright Amarah | About | Contact | Policy Privacy