Gegenstand), kenyataan, kepancainderaan, digambarkan hanya dalam bentuk benda (Objekt) atau renungan (Anschauung), tetapi tidak sebagai aktivitet pancaindera manusia, praktek, tidak secara subyektif. Karena itu terjadilah bahwa segi aktif,
bertentangan dengan materialisme, dikembangkan oleh idealisme-tetapi
hanya secara abstrak, karena, sudah barang tentu, idealisme tidak tahu
akan aktivitet pancaindera yang nyata sebagai hal yang sedemikian itu.
Feuerbach membutuhkan benda-benda kepancainderaan, yang benar-benar
dibedakan dari benda-benda pikiran, tetapi dia tidak mengartikan
aktivitet manusia itu sendiri sebagai aktivitet obyektif (gegenständliche). Oleh karena itu, dalam Hakekat Agama Kristen,
dia memandang sikap teoritis sebagai Satu-satunya sikap manusia yang
sejati, sedang praktek digambarkan dan ditetapkan hanya dalam bentuk
permunculannya yang keyahudian dan kotor. Karena itu dia tidak
menangkap arti penting aktivitet "revolusioner", aktivitet
"kritis-praktis".
Kekurangan utama dari semua materialisme yang ada sampai sekarang-termasuk materialisme Feuerbach-ialah bahwa hal ihwal (
Soal apakah kebenaran obyektif (gegenständliche) bisa dianggap berasal dari pemikiran manusia bukanlah soal teori melainkan soal praktek. Dalam praktek manusia harus membuktikan kebenaran itu, yaitu, kenyataan dan daya, kesegian-ini (Diesseitigkeit)
dari pemikirannya. Perdebatan mengenai kenyataan atau bukan kenyataan
dari pemikiran yang terasing dari praktek merupakan soal skolastik semata-mata.
Ajaran materialis bahwa manusia itu adalah hasil keadaan dan didikan,
dan bahwa, oleh karenanya, manusia yang berubah adalah hasil
keadaan-keadaan lain,dan didikan yang berubah, melupakan bahwa
manusialah yang mengubah keadaan dan bahwa pendidik itu sendiri
memerlukan pendidikan. Karena itu, ajaran ini menurut keharusan sampai
pada membagi masyarakat menjadi dua bagian, satu di antaranya adalah
lebih unggul daripada masyarakat (pada Robert Owen, misalnya).
Terjadinja secara bersamaan perubahan keadaan dengan perubahan aktivitet
manusia bisa dibayangkan dan dimengerti secara rasionil hanya sebagai praktek yang merevolusionerkan.
Feuerbach bertolak dari kenyataan pengasingan-diri secara keagamaan,
dari pendobelan dunia menjadi dunia khayali yang bersifat keagamaan dan
dunia nyata. Pekerjaannya berupa melebur dunia keagamaan ke dalam dasar
duniawinya. Dia mengabaikan kenyataan bahwa sesudah menyelesaikan
pekerjaan itu, hal yang utama masih tetap harus dilakukan. Karena
kenyataan bahwa dasar duniawi itu melepaskan diri dari dirinya dan
menegakkan diri di awang-awang sebagai kerajaan yang berdiri sendiri
sesungguhnya hanyalah dapat diterangkan dengan pembelahan-diri dan sifat
pertentangan dengan diri sendiri dari dasar duniawi itu. Karena itu
yang tersebut belakangan itu sendiri lebih dulu harus dipahami dalam
kontradiksinya dan kemudian, dengan ditiadakannya kontradiksi itu,
direvolusionerkan dalam praktek. Dengan begitu, misalnya, sekali
keluarga duniawi itu ditemukan sebagai rahasia dari keluarga suci, maka
yang tersebut duluan itu sendiri harus dikritik dalam teori serta
direvolusionerkan dalam praktek.
Feuerbach tidak puas dengan pemikiran abstrak, berpaling kepada kontemplasi kepancainderaan; tetapi dia tidak menganggap kepancainderaan sebagai aktivitet praktis, aktivitet pancaindera-manusia.
Feuerbach melebur hakekat keagamaan ke dalam hakekat kemanusiaan.
Tetapi hakekat kemanusiaan bukanlah abstraksi yang terdapat pada
satu-satu individu. Dalam kenyataannya ia adalah keseluruhan dari
hubungan-hubungan sosial.
Oleh karenanya, Feuerbach, yang tidak memasuki kritik terhadap hakekat yang nyata itu, terpaksa:- Mengabstraksi dari proses sejarah dan menetapkan sentimen keagamaan (Gemüt) sebagai sesuatu yang dengan sendirinya dan mengandaikan.perorangan manusia yang abstrak-yang terisolasi.
- Karena itu, baginya hakekat kemanusiaan bisa dimengerti hanya sebagai "jenis", sebagai suatu keumuman intern yang bisu yang hanya dengan wajar mempersatukan perorangan yang banyak itu.
Oleh karenanya, Feuerbach tidak melihat bahwa "sentimen keagamaan" itu sendiri adalah hasil sosial, dan, bahwa perorangan yang abstrak yang dianalisanya nyatanya termasuk bentuk khusus dari masyarakat.
Kehidupan sosial pada hakekatnya adalah praktis. Segala
keghaiban yang secara menyesatkan membawa, teori kepada mistik menemukan
pemecahannya yang rasionil dalam praktek manusia dan dalam pemahaman
praktek itu.
Titik tertinggi yang dicapai oleh materialisme kontemplatif, yaitu,
materialisme yang tidak memahami kepancainderaan sebagai aktivitet praktis,
adalah renungan satu-satu individu dalam "masyarakat sipil".
Pendirian materialisme lama ialah masyarakat "sipil"; pendirian materialisme baru ialah masyarakat manusia, atau umat manusia yang bermasyarakat.
Para ahli filsafat hanya telah menafsirkan dunia, dengan berbagai cara; akan tetapi soalnya ialah mengubahnya.
0 komentar:
Posting Komentar