Venezuela: Kampanye Busuk Kelompok Oposisi, Konstitusi sebagai ‘Kedok’

Browse » Home » , , , , , » Venezuela: Kampanye Busuk Kelompok Oposisi, Konstitusi sebagai ‘Kedok’

Venezuela: Kampanye Busuk Kelompok Oposisi, Konstitusi sebagai ‘Kedok’

Dengan semangat pantang menyerah, kelompok oposisi Venezuela kembali melancarkan kampanye busuknya kepada Chaves yang sedang melakukan pemulihan kesehatan di Kuba sejak Desember lalu. Dengan modal media-media yang dimilikinya, kelompok oposisi ini lantas membikin rumor bahwa Chaves mengalami koma dan hidupnya menunggu hitungan hari. Ini berarti, sebuah pemilihan umum presiden harus diadakan lagi, seru mereka.
Bukan tanpa dasar, argumentasi untuk mengadakan pemilu presiden berdasar pada Konstitusi Venezuela pasal 233, begitu kata mereka. Dengan percaya diri dan tampil seolah-seolah sebagai kelompok yang mewakili demokrasi, kelompok oposisi ini lantas meminta agar pemerintahan Chaves diserahkan kepada Majelis Nasional, dan pemilu harus diadakan lagi dalam 30 hari kedepan.
Di lain sisi, dengan karakter non-demokratiknya, para borjuis ini menyebarkan rumor menjijikkan tersebut, seperti termuat di salah satu Koran Spanyol, ABC, tertulis bahwa “Chaves mengalami koma, dan hidupnya tinggal menunggu hitungan hari”. Koran-koran dan media sosial yang memberitakan kabar tersebut sudah barang tentu adalah milik para borjuis setempat, yang digunakan untuk kepentingan mereka sendiri. Hal ini juga dikombinasikan dengan rentetan propaganda di jejaring sosial, dalam kampanye yang langsung diadakan oleh mereka yang menamai dirinya ‘oposisi demokratik’. Hal ini bukan suatu yang mengejutkan, mengingat bahwa hal serupa pernah dilakukan untuk menutup-nutupi kebusukan kaum oligarki pada kudeta April tahun 2002.
Namun, dari sudut pandang konsitusi, mereka salah. Pasal 231, menyebutkan bahwa meskipun presiden tidak dapat hadir pada 10 Januari di depan Majelis Nasional untuk dilantik dan melakukan sumpah jabatan, presiden tetap dapat melakukannya di depan Mahkamah Agung. Dalam kasus ini, Chaves pun telah meminta ijin dari Majelis Nasional untuk melakukan perawatan kesehatan di Kuba, dimana ijin ini bersifat legal.
Hanya dalam kasus “ketidakhadiran presiden” dalam hal: kematian, pengunduran diri; pemecatan oleh Majelis Nasional; cacat permanen baik fisik maupun mental yang tersertifikasi oleh tim medis yang ditunjuk oleh Mahkamah Agung dan disahkan oleh Majelis Nasional, pemilu baru dapat diadakan ulang. Jelas sekali, tidak ada satupun dari hal khusus itu ada.
Ini, tentu saja, tidak akan menghentikan kelompok oposisi dalam kampanyenya yang gencar. Para pemimpin oposisi telah menyatakan bahwa mereka memiliki hak untuk tahu apa dan keadaan sesungguhnya terkait kesehatan presiden. Mereka juga membuat semacam komisi penyelidikan yang akan diberangkatkan ke Kuba untuk menyelidiki secara langsung. Mereka juga mengatakan akan mengajukan banding ke ‘komunitas internasional/masyarakat internasional’ (yang dimaksud adalah imperialisme). Orang-orang yang ditunjuk dalam komisi tersebut adalah orang yang sama yang terlibat dalam Kudeta April 2002. Ironis.
Para kapitalis yang sama, tuan tanah, pemilik media, dan Kardinal Katolik,  yang telah mengorganisir kudeta, telah mencoba menyingkirkan Presiden yang terpilih secara demokratis, pada April 2002, kini mengangkat wajah dengan rona sedih dan berkoar-koar tentang ‘kudeta’ yang dilakukan oleh Pimpinan Bolivarian terhadap Konstitusi Venezuela. Mereka bersikeras bahwa kecuali Chaves dilantik pada 10 Januari, maka ia bukan lagi presiden.
5 Januari 2013, hari dimana pemilihan ketua parlemen Majelis Nasional diadakan, Diosdado Cabello terpilih kembali menjadi ketua parlemen. Segera setelah itu, wakil presiden Maduro dan ketua Majelis Nasional Cabello di depan puluhan ribu massa rakyat berkaos merah yang berkumpul di depan gedung pelataran Majelis Nasional, membikin pidato radikal, dan sebuah peringatan keras untuk kelompok oposisi, “Dengan kesedihan tapi tegas kami beritahukan kepada anda semua, tuan-tuan borjuis, jangan membuat kesalahan atau anda akan membayar mahal!”. Kemudian disusul oleh Maduro, “Hanya ada satu transisi disini, dari kapitalisme menuju sosialisme, dengan Presiden Chaves sebagai pemimpin, terpilih, dipilih kembali dan disahkan!”.
Untuk segera membabat habis kabar buruk yang dihembuskan oleh kelompok oposisi, wakil presiden Maduro, pada tanggal 8 Januari telah menginformasikan kepada Majelis Nasional dan meminta penangguhan atau penundaan upacara pelantikan, dengan alasan bahwa Chaves masih dalam masa perawatan. Di samping itu, pelantikan ini hanya bersifat formalitas, sehingga tidak menjadi hal penting untuk segera dilaksanakan, mengingat bahwa meski dengan ketiadaan Chaves, pemerintahan tetap berjalan sebagaimana mestinya. Argumentasi ini dibenarkan, dan Majelis Nasional menyetujui.
Dukungan untuk Chaves dan Revolusi Bolivarian
‘Vacuum of Power’, sebuah rumor akan kekosongan kepemimpinan yang terus dihembuskan oleh kelompok oposisi reaksioner, dijawab dengan seruan mobilisasi umum. Pada 10 Januari, puluhan ribu pendukung Chaves hadir dan berkumpul di depan Istana Kepresidenan Miraflores, Caracas. Selain itu, wakil presiden Maduro dan beberapa utusan luar negeri dari negara-negara Amerika Latin turut hadir untuk menunjukkan dukungan mereka terhadap Chaves dan revolusi Bolivarian, dan menolak kampanye oposisi yang reaksioner. Beberapa petinggi Amerika Latin yang hadir antara lain: Presiden Uruguay Jose Mujica, Presiden Bolivia Evo Morales, Presiden Nikaragua Daniel Ortega, dan mantan Presiden Uruguay Fernando Lugo. Tidak ada kevakuman kepemimpinan, seperti yang diocehkan oleh kelompok oposisi, melainkan orang-orang revolusioner yang ada di jalan-jalan.
Presiden Chaves terpilih kembali sebagai presiden lewat pemilu 7 Oktober lalu, dimana 8,1 juta orang (55%) memilihnya kembali untuk mengemban tugas revolusi. Disusul pada Desember 2012, sebuah pemilu regional diadakan, dari 23 negara bagian, 20 di antaranya didominasi oleh PSUV. 4 negara bagian, yang pada pemilu 2008 lalu masih berpihak pada MUD (organisasi payung kelompok oposisi), beralih memilih PSUV, antara lain: Zulia, Carabobo, Tachira dan Nueva Esparta.
Bertepatan dengan peringatan pembunuhan seorang pemimpin perang federal revolusioner, Ezequiel Zamora, 10 Januari 1860, diadakan pula pertemuan antara para milisi dan Front Nasional Petani di sebelah Taman Ezequiel Zamora.
Sedari pagi, orang-orang melakukan perjalanan dari penjuru negeri, dan mulai berkumpul di jalan-jalan Caracas, sembari membawa spanduk, poster, dan foto Chaves, yang bertuliskan kecintaan mereka terhadap Chaves. Orang-orang berkumpul di beberapa sudut kota untuk kemudian berbaris dan long march menuju Avenida Urdaneta, depan Istana Kepresidenan, Miraflores-Caracas.
Selama mobilisasi umum berlangsung, Maduro mengambil sumpah dari mereka yang hadir. Dengan tangan terkepal yang terangkat, dan dengan salinan konstitusi di tangannya, puluhan ribu pekerja, pemuda, perempuan, petani, anggota milisi, dan lain-lain, bersumpah setia kepada Chaves dan berjanji membela revolusi Bolivarian, konstitusi dan dan tujuan sosialis "dengan kekuatan dan kecerdasan" dari seluruh rakyat!

0 komentar:

Posting Komentar

 
(c) Copyright Amarah | About | Contact | Policy Privacy